Tertipu

https://faidahislamiyyah.blogspot.com/2015/04/tertipu.html
Oleh Brilly El-Rasheed
Inspirator Golden Manners
Allah Ta’ala berfirman,
أَفَمَنْ
زُيِّنَ لَهُ سُوْءُ عَمَلِهِ فَرَآهُ حَسَنًا
"Maka apakah orang yang
menganggap baik pekerjaannya yang buruk, lalu dia meyakini pekerjaan itu baik
(sama dengan orang yang tidak ditipu oleh setan)?" [QS. Fathir: 8]
Dan firman-Nya,
قُلْ
هَلْ نُنَبِّئُكُمْ بِاْلأَخْسَرِيْنَ أَعْمَالاً. الَّذِيْنَ ضَلَّ سَعْيُهُمْ
فِي الْحَيَاةِ الدَُّنْيَا وَهُمْ يَحْسَبُوْنَ أَنَّهُمْ يُحْسِنُوْنَ صُنْعاً
“Katakanlah, “Apakah akan Kami beritahukan kepadamu tentang orang-orang
yang paling merugi perbuatannya? Yaitu orang-orang yang telah sia-sia
perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka
berbuat yang sebaik-baiknya.”.” [QS.
Al-Kahfi: 103-104]
Rasulullah juga berkata,
مَنْ عَمِلَ
عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ
“Barangsiapa
melakukan suatu amalan yang tidak pernah kami (Nabi Muhammad) ajarkan, maka
amalan itu tertolak.” Dan dalam riwayat lain,
مَنْ أَحْدَثَ
فِي أَمْرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ مِنْهُ فَهُوَ رَدٌّ
“Barangsiapa
membuat sesuatu yang baru dalam masalah agama kami ini yang bukan dari
ajarannya, maka sesuatu itu tertolak.” [Shahih: Shahih Al-Bukhari dan Shahih Muslim]
Dari Anas, Nabi bersabda,
أبى
الله أن يجعل لقاتل المؤمن توبة
“Allah menolak menjadikan pembunuh
orang beriman bertaubat.” [Al-Mu’jam Al-Kabir Ath-Thabrani. Shahih Al-Jami’ no.
23; Ash-Shahihah no. 689]
إِنَّ اللهَ احْتَجَزَ التَّوْبَةَ عَنْ صَاحِبِ كُلِّ
بِدْعَةٍ
“Sesungguhnya Allah menolak taubat
dari pelaku semua bid’ah.” [Ash-Shahihah no. 1620]
Menurut analisis Dr. Ibrahim
Ar-Ruhaili dalam Mauqif Ahlu As-Sunnah, makna hadits ini adalah Allah menolak memberi
taufiq kepada ahli bid’ah untuk bertaubat dari bid’ahnya.
Bertaubat bukan dengan cara thawaf di
Ka’bah sambil telanjang, thawaf dan i’tikaf di kuburan, memotong kemaluan
setelah berzina, berdiri di bawah terik matahari saat puasa sebagai qadha` puasa,
memukuli tubuh dengan benda tajam, berjalan hingga ribuan kilometer.
Bertaubat bukan dengan cara berendam
dan mandi di sungai atau di laut saat menjelang ramadhan dan menjelang idul
fithri, berpuasa dengan bungkam mulut seharian penuh, berpuasa berhari-hari
tanpa berbuka, memukuli anggota tubuh yang bermaksiat, atau berbagai perbuatan
penyiksaan terhadap diri sendiri sebagai ekspresi pertaubatan. Semua ekspresi
taubat selagi tidak ada dasarnya dari Al-Qur`an dan As-Sunnah, maka taubat
tersebut tidak akan diterima oleh Allah.
Shahabat yang shalat lalu dilalaikan
oleh burung yang memakan tanaman di kebunnya, ia bertaubat dengan cara
menshadaqahkan seluruh kebunnya seisinya. Shahabat bertaubat dengan mengikat
diri di tiang masjid Madinah karena menolak ikut jihad.
Shahabat bertaubat dari zina dengan
melaporkan diri kepada Rasulullah dan minta dirajam, tapi Rasulullah menolak
dan melarang kita dari melaporkan kemaksiatan diri sendiri kepada hakim dan beliau meminta kita menyembunyikan
maksiat sembari bertaubat kepada Allah.
Nabi Yunus bertaubat atas
kegagalannya berdakwah dengan pergi meninggalkan kaumnya, akhirnya beliau
dimakan ikan besar dan Allah baru menerima taubat beliau ketika beliau
mengucapkan kalimat yang dituntunkan oleh Allah.
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ شَرِبَ الْخَمْرَ لَمْ تُقْبَلْ
لَهُ صَلَاةٌ أَرْبَعِينَ لَيْلَةً فَإِنْ تَابَ تَابَ اللَّهُ عَلَيْهِ فَإِنْ
عَادَ كَانَ حَقًّا عَلَى اللَّهِ تَعَالَى أَنْ يَسْقِيَهُ مِنْ نَهَرِ
الْخَبَالِ قِيلَ وَمَا نَهَرُ الْخَبَالِ قَالَ صَدِيدُ أَهْلِ النَّارِ
“Barangsiapa
yang minum khamr (minuman keras), maka shalatnya tidak diterima selama empat
puluh malam. Jika ia bertaubat, maka Allah akan menerimanya. Namun, bila
mengulangi lagi, maka pantaslah bila Allah memberinya minuman dari sungai
Khibaal.” Ada yang bertanya,
“Apa itu sungai Khibaal?” Beliau menjawab,”Nanah penduduk neraka.”
[Shahih: Musnad Ahmad 2/189. Shahih
Al-Jami’ no. 6188]
Editor: Muhammad Sutrisno, S.Pd
Admin: Muhammad Maftuhin