Ilmu adalah Cahaya, Kebodohan adalah Kegelapan

https://faidahislamiyyah.blogspot.com/2014/10/ilmu-adalah-cahaya-kebodohan-adalah.html
Sesungguhnya cahaya ilmu itu dapat
menyingkap rahasia-rahasia sesuatu dan menjelaskan tingkatan-tingkatannya,
sedangkan kehidupan ialah yang membenarkan sifat-sifat kesempurnaan yang wajib
meluruskan pendapat-pendapat dan perbuatan.
Tatkala ia berangkat dari kehidupan maka ia adalah kebaikan seluruhnya,
seperti malu yang sebabnya adalah kesempurnaan hidupnya hati. Gambaran dia (tentang) hakikat
kejelekan, (yang menjadikan) ia lari darinya, sedangkan kebalikannya adalah
sedikitnya rasa malu dan perbuatan keji yang dapat menyebabkan matinya hati dan
tidak mau lari dari (sesuatu) yang jelek, seperti (sifat) malu dialah hujan
yang dengannya segala sesuatu dapat hidup.
Allah Ta’ala telah berfirman: “Dan apakah
orang yang sudah mati kemudian Kami hidupkan dan Kami berikan kepadanya cahaya
yang terang, yang dengan cahaya itu dia dapat berjalan di tengah-tengah
masyarakat manusia, serupa dengan orang yang keadaannya berada dalam gelap
gulita yang sekali-kali ia tidak dapat keluar dari padanya?”[Al-An’aam : 122].
Dia telah mati hatinya karena kebodohan
kemudian Dia hidupkan dengan ilmu dan Dia berikan kepadanya sebuah cahaya iman
yang dengannya ia dapat berjalan di tengah-tengah masyarakat manusia, dan Allah
telah berfirman: “Hai orang-orang yang beriman bertaqwalah kepada Allah dan
berimanlah kepada Rasul-Nya, niscaya Allah memberikan rahmat-Nya kepadamu dua
bagian, dan menjadikan untukmu cahaya yang dengan cahaya itu kamu dapat
berjalan dan Dia mengampuni kamu. Dan
Allah Maha Pengampun lagi maha Penyayang, (Kami terangkan yang demikian itu)
supaya ahli kitab mengetahui bahwa mereka tiada mendapat sedikitpun akan
karunia Allah (jika mereka tidak beriman kepada Muhammad), dan bahwasanya
karunia itu adalah di tangan Allah. Dia berikan karunia itu kepada siapa yang
dikehendaki-Nya. Dan Allah mempunyai karunia yang besar.”[Al-Hadiid : 28-29].
Dan
Dia Ta’ala berfirman: ”Allah pelindung orang-orang yang beriman; Dia
mengeluarkan mereka dari kegelapan (kekafiran) kepada cahaya (iman). Dan
orang-orang yang kafir, pelindung-pelindungnya adalah syaitan, yang
mengeluarkan mereka dari cahaya kepada kegelapan (kekafiran). Mereka itu adalah
penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.”[Al-Baqarah : 257].
Sesungguhnya cahaya ilmu itu dapat
menyingkap rahasia-rahasia sesuatu dan menjelaskan tingkatan-tingkatannya,
sedangkan kehidupan ialah yang membenarkan sifat-sifat kesempurnaan yang wajib
meluruskan pendapat-pendapat dan perbuatan.
Tatkala ia berangkat dari kehidupan maka ia adalah kebaikan seluruhnya,
seperti malu yang sebabnya adalah kesempurnaan hidupnya hati. Gambaran dia (tentang) hakikat
kejelekan, (yang menjadikan) ia lari darinya, sedangkan kebalikannya adalah
sedikitnya rasa malu dan perbuatan keji yang dapat menyebabkan matinya hati dan
tidak mau lari dari (sesuatu) yang jelek, seperti (sifat) malu dialah hujan
yang dengannya segala sesuatu dapat hidup.
Allah Ta’ala telah berfirman: “Dan
apakah orang yang sudah mati kemudian Kami hidupkan dan Kami berikan kepadanya cahaya
yang terang, yang dengan cahaya itu dia dapat berjalan di tengah-tengah
masyarakat manusia, serupa dengan orang yang keadaannya berada dalam gelap
gulita yang sekali-kali ia tidak dapat keluar dari padanya?”[Al-An’aam : 122].
Dia telah mati hatinya karena kebodohan
kemudian Dia hidupkan dengan ilmu dan Dia berikan kepadanya sebuah cahaya iman
yang dengannya ia dapat berjalan di tengah-tengah masyarakat manusia, dan Allah
telah berfirman: “Hai orang-orang yang beriman bertaqwalah kepada Allah dan berimanlah
kepada Rasul-Nya, niscaya Allah memberikan rahmat-Nya kepadamu dua bagian, dan
menjadikan untukmu cahaya yang dengan cahaya itu kamu dapat berjalan dan Dia
mengampuni kamu. Dan Allah Maha
Pengampun lagi maha Penyayang, (Kami terangkan yang demikian itu) supaya ahli
kitab mengetahui bahwa mereka tiada mendapat sedikitpun akan karunia Allah
(jika mereka tidak beriman kepada Muhammad), dan bahwasanya karunia itu adalah
di tangan Allah. Dia berikan karunia itu kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan
Allah mempunyai karunia yang besar.”[Al-Hadiid : 28-29].
Dia mengabarkan bahwasanya ia adalah
sebuah ruh yang dengannya dapat terwujud adanya kehidupan dan cahaya yang dengannya dapat terwujud
adanya keadaan yang terang benderang; maka Dia menggabungkan antara dua unsur pokok (yaitu) hidup dan cahaya. Dan Allah Ta’ala telah berfirman:
“Sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya dari Allah, dan kitab yang
menerangkan. Dengan kitab itulah Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti
keridhaan-Nya ke jalan keselamatan, dan (dengan kitab itu pula) Allah
mengeluarkan orang-orang itu dari gelap gulita kepada cahaya yang terang
benderang dengan seizin-Nya, dan menunjuki mereka ke jalan yang
lurus.”[Al-Maaidah : 15-16].
Allah
Ta’ala juga telah berfirman: “Allah (Pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi.
Perumpamaan cahaya Allah, adalah seperti lubang yang tembus, yang di dalamnya
ada pelita besar. Pelita itu di dalam kaca (dan) kaca itu seakan-akan bintang(
yang bercahaya) seperti mutiara, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang
banyak berkahnya, (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak disebelah timur
(sesuatu) dan tidak pula di sebelah barat(nya), yang minyaknya (saja)
hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api. Cahaya di atas cahaya
(berlapis-lapis), Allahmembimbing kepada cahaya-Nya siapa yang Dia kehendaki,
dan Allah membuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan Allah Maha
Mengetahui segala sesuatu.”[An-Nuur : 35],
Allah
berfirman “Cahaya di atas cahaya”, yaitu cahaya iman di atas cahaya Al-Qur’an.
Akan tetapi (hal) ini tidaklah sesuai bagi setiap orang yang berilmu kecuali
jika ia berpegang teguh kepada akhlak yang bagus dan mencontoh penghulu kita
dan kekasih kita karena Allah Ta’ala
telah berfirman tentang hak beliau “Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi
pekerti yang agung.”[Al-Qalam: 4].
Adapaun
kebodohan maka sungguh Allah Ta’ala telah mencelanya dengan firman-Nya
“Katakanlah adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang
tidak mengetahui?” [Az-Zumar : 9] sesungguhnya Dia Subhanahu telah mencela
orang-orang yang bodoh di dalam banyak tempat dalam KitabNya, Dia Ta’ala telah
berfirman:”Tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui.”[Al-An’aam : 111].
Dan
Dia Ta’ala telah berfirman: “Atau apakah kamu mengira bahwa kebanyakan mereka
itu mendengar atau memahami. Mereka itu tidak lain hanyalah seperti binatang
ternak, bahkan mereka itu lebih sesat jalannya (dari binatang ternak
itu).[Al-Furqaan : 44], maka Dia Subhanahu tidak berhenti hanya pada menyamakan
orang-orang yang bodoh itu dengan binatang ternak tetapi juga sampai menjadikan
mereka itu lebih sesat jalannya dari binatang ternak tersebut.
Dan Allah Ta’ala telah berfirman kepada
NabiNya dan sesungguhnya Dia telah melindunginya “sebab itu janganlah kamu
sekali-kali termasuk orang-orang yang jahil.”[Al-An’aam : 35]. Dan Nabi yang telah diajak bicara oleh
Allah secara langsung Musa alaihi ash-shalatu was salam telah berkata “Aku
berlindung kepada Allah agar tidak menjadi salah seorang dari orang-orang yang
jahil.”[Al-Baqarah : 67].
Dan Dia telah berfirman kepada rasulNya
yang pertama kali Nuh alaihis salam “Sesungguhnya Aku memperingatkan kepadamu
supaya kamu jangan termasuk orang-orang yang tidak berpengetahuan.”[Huud:46],
maka inilah keadaan orang-orang yang jahil di sisiNya dan yang keadaan
orang-orang yang berilmu di sisiNya.
Allah Subhanahu telah mengabarkan
tentang hukuman bagi musuh-musuhNya
bahwasanya Dia telah menghalangi mereka untuk mengetahui, mengenal, dan
memahami (isi) kitabNya (Al-Qur’an), Allah Ta’ala telah berfirman, ”Dan apabila
kamu membaca Al-Qur’an niscaya kami adakan antara kamu dan orang-orang yang
tidak beriman kepada kehidupan akhirat, suatu dinding yang tertutup, dan kami
adakan tutupan di atas hati mereka dan sumbatan di telinga mereka, agar mereka
tidak dapat memahaminya.”[Al-Israa’:45-46]. Dia telah memerintahkan NabiNya untuk berpaling dari mereka.
Allah Ta’ala berfirman: “Serta berpalingah dari pada orang-orang yang
bodoh.”[Al-A’raaf:199].
Dan Allah telah memuji para hambaNya (yang
telah) berpaling dari mereka dan kebersamaan mereka sebagaimana (yang telah
disebutkan) di dalam firmanNya: ”Dan apabila mereka mendengar perkataan yang
tidak bermanfaat, mereka berpaling dari padanya dan mereka berkata:’bagi kami
amal-amal kami dan bagimu amal-amalmu, kesejahteraan atas dirimu, kami tidak
ingin bergaul dengan orang-orang jahil”[Al-Qashash:5].
Dia
Ta’ala telah berfirman: ”Dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka
mengucapkan kata-kata yang baik.”[Al-Furqaan:63]. Semuanya itu menunjukkan
jeleknya kebodohan di sisiNya dan (menunjukkan) kebencianNya terhadap kebodohan
dan orang-orang yang bodoh, dan demikian pula di tengah-tengah manusia
sesungguhnya setiap orang berlepas diri dari kebodohan itu walaupun hal itu ada
padanya.
Diambil dari buku Meraih Surga Motivasi
Spesial untuk Muslimah, Sukses Publishing, Bekasi. Dapatkan bukunya sebagai
hadiah untuk istri, ibu, saudari, bibi, adik perempuan dan lainnya.