Awas! Ini 10 Penyebab Perceraian

https://faidahislamiyyah.blogspot.com/2014/10/10-penyebab-perceraian.html
Kita perlu untuk
belajar seluk-beluk pernikahan dan apa saja yang dapat meretakkannya. Jalinan
pernikahan adalah jalinan yang harus kita jaga betul-betul. Allah sangat
mencintai pasangan suami-istri yang dapat menjaga keharmonisan demi keutuhan
taqwa dan iman.
Membentengi diri
dari potensi-potensi perceraian menjadi keharusan bagi pasangan suami-istri.
1. Masalah
keuangan. Sebenarnya masalah ini bukan masalah sebenarnya, ini lebih
pada komunikasi antar suami dan istri. Jadi, bagaimana cara pasangan
menghadapi masalah inilah yang bisa menjadi jalan keluar.
2. Masalah
komunikasi. Jika pasangan sudah memiliki masalah komunikasi sejak sebelum
menikah, maka kemungkinan besar problem itu akan menjadi semakin buruk
setelah perkawinan. Dalam situasi ini, yang penting masing-masing pihak
memiliki niat untuk membahas secara terbuka masalah dan kelemahan
masing-masing. Tanpa komunikasi dua arah, perkawinan tak akan bertahan
lama.
3. Masalah
keluarga. Hubungan antar anggota keluarga, orang tua dan anak, saudara
sekandung, saudara ipar atau adanya anak tiri, bisa menjadi sumber
masalah bagi hubungan suami istri. Sikap yang bijaksana adalah bagian penting
dari keberanian dalam menghadapi berbagai masalah keluarga dan perkawinan.
4. Masalah
seks. Seks merupakan bagian penting dalam perkawinan sekaligus juga
bisa menjadi sumber banyak masalah dalam perkawinan. Setiap perkawinan
membutuhkan proses penyempurnaan antara lain dengan aktivitas bercinta.
Kegagalan dalam kehidupan sek yang sehat, adanya jurang frekuensi hubungan seks
atau seks yang tidak berkualitas, bisa menjurus pada hancurnya
perkawinan.
5. Kedekatan
dengan teman. Hubungan pertemanan yang terlalu dekat baik oleh suami maupun
istri bisa juga menjadi sumber gangguan pada hubungan suami istri. Teman
yang sejati seharusnya mampu mengeratkan hubungan antar
suami-istri.
6. Masalah
ketergantungan. Narkoba, alcohol, judi, semua itu adalah kebiasaan
buruk yang membuat ketagihan dan ketergantungan dan sangat merusak
perkawinan. Meski tidak disertai dengan tindak kekerasan, perilaku
ketergantungan akan membuat perkawinan menjadi hal yang mustahil.
Selain itu, ketergantungan juga bisa menjadi pangkal dari masalah keuangan
dalam rumah tangga.
7. Kekerasan
dalam rumah tangga. Kekerasan atau penyiksaan dalam bentuk apapun tidak bisa
diterima dalam perkawinan. Baik kekerasan fisik maupun kekerasan dalam
kata-kata, keduanya sering menjadi penyebab hancurnya rumah tangga.
8. Masalah
kepribadian. Ada banyak tipe –tipe kepribadian yang bisa menyebabkan
ketidakcocokan antar pasangan. Baik ketidakcocokan dalam hal seks,
intelektualitas maupun emosi. Pasangan yang memiliki kebutuhan berlebihan untuk
disenangkan atau direndahkan pasangannya bisa menghalangi terjalinnya
komunikasi yang sehat.
9. Masalah
ekspektasi. Kemampuan untuk menyesuaikan diri dalam kehidupan perkawinan
sering tergantung pada adanya harapan-harapan yang realistis dari masing-masing
pihak terhadap pasangannya. Jika ada harapan-harapan romantisme yang terlalu
muluk dan tidak realistis, maka hal ini bisa menjadi pangkal dari keretakan
suami-istri. Agar perkawinan dapat bertahan, memang dibutuhkan tingkat
kedewasaan dari suami mapun istri.
10. Masalah
waktu. Pekerjaan dan jadwal kegiatan di rumah seringkali tidak
saling bersesuaian. Suami maupun istri, masing-masing memerlukan waktu
kebersamaan maupun waktu untuk diri sendiri. Dan keterampilan untuk mengimbangi
kedua hal tersebut sangatlah penting dalam menjaga keutuhan perkawinan. [MS]
Catatan Quantum Fiqih
Dari Jabir, Nabi
‘alaihis shalatu was salam bersabda, “Sesungguhnya iblis singgasananya berada
di atas laut. Dia mengutus para pasukannya. Setan yang paling dekat
kedudukannya adalah yang paling besar godaannya. Di antara mereka ada yang
melapor, ‘Saya telah melakukan godaan ini.’ Iblis berkomentar, ‘Kamu belum
melakukan apa-apa.’ Datang yang lain melaporkan, ‘Saya menggoda seseorang,
sehingga ketika saya meninggalkannya, dia telah bepisah [talak] dengan
istrinya.’ Kemudian iblis mengajaknya untuk duduk di dekatnya dan berkata,
‘Sebaik-baik setan adalah kamu.'”
[HR. Muslim 2813].
Dalam hadis ini, iblis memuji dan
berterima kasih atas jasa tentaranya yang telah berhasil menggoda manusia,
sehingga keduanya bercerai tanpa sebab yang dianggap dalam syariat. Ini menunjukkan
bahwa perceraian suami istri termasuk diantara perbuatan yang disukai iblis.
Pada dasarnya talak adalah perbuatan
yang dihalalkan. Akan tetapi, perbuatan ini disenangi iblis, karena perceraian
memberikan dampak buruk yang besar bagi kehidupan manusia. Terutama terkait
dengan anak dan keturunan. Oleh karena itu, salah satu diantara dampak negatif
sihir yang Allah sebutkan dalam al-Qur’an adalah memisahkan antara suami dan
istri. Allah berfirman,
فَيَتَعَلَّمُونَ
مِنْهُمَا مَا يُفَرِّقُونَ بِهِ بَيْنَ الْمَرْءِ وَزَوْجِه
“Mereka belajar
dari keduanya [harut dan marut] ilmu sihir yang bisa digunakan
untuk memisahkan seseorang dengan istrinya.” [QS.
Al-Baqarah: 102].
Al-Imam
An-Nawawi menerangkan bahwa iblis bermarkas di lautan, dan dari situlah ia
mengirim tentara-tentaranya ke penjuru bumi. Iblis memuji anak buahnya yang
berhasil memisahkan suami dengan istrinya, karena kagum dengan apa yang
dilakukan si anak buah dan ia dapat mencapai puncak tujuan yang dikehendaki
iblis. Iblis pun merangkulnya. [Al-Minhaj, 17/154-155]
Kata
Al-Imam Al-Qadhi ‘Iyadh, hadits ini menunjukkan besarnya perkara firaq [perpisahan
suami dengan istrinya] dan talak, serta besarnya kemadharatan dan fitnahnya.
Selain itu juga menunjukkan besarnya dosa orang yang berupaya memisahkan suami
dari istrinya. Karena dengan berbuat demikian berarti memutuskan hubungan yang
Allah perintahkan untuk disambung, menceraiberaikan rahmah dan mawaddah yang
Allah jadikan di dalamnya, serta merobohkan rumah yang dibangun dalam Islam. [Ikmal
Al-Mu’lim bi Fawa’id Muslim, 8/349]
Iblis
berikut bala tentaranya ini berambisi menghancurkan hubungan suami dengan
istrinya. Sementara suami dan istri ini tentunya bernaung dalam sebuah rumah.
Nah, tentunya setan tidak akan tenang bila tidak bisa masuk ke rumah tersebut.
Bila setan telah berhasil mendiami sebuah rumah, niscaya ia akan menebarkan
kerusakan di dalamnya, sehingga terjadilah perselisihan di antara anak-anak dan
perpisahan antara suami dengan istrinya. Berubahlah mawaddah (kasih sayang)
menjadi ‘adawah (permusuhan), rahmah menjadi adzab.
Referensi: Esensi.co.id dan
Kisahmuslim.com serta Asysyariah.com
Redaksi: Brilly El-Rasheed
Admin: Rara Putri
Editor: Bagus Priambodo
Iklan Rp 50.000,-/bln, hubungi
faidahislamiyyah@gmail.com