8 Buah Iman
https://faidahislamiyyah.blogspot.com/2014/09/8-buah-iman_24.html
Iman dan taqwa itu adalah dua daun pintu bagi terbukanya rizki kita yang penuh barakah, bukan rizki yang haram yang dilaknat Allah. Al-Qur’an menegaskan (Al-Araf: 96) artinya, Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertaqwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.
Ibnu Katsir menjelaskan syarat-syarat iman dan taqwa itu adalah hatinya beriman pada apa yang dibawa oleh Rasulullah, membenarkan dan mengikutinya, bertaqwa dengan melaksanakan ketaatan-ketaatan dan meninggalkan perbuatan keharaman. (Tafsir Ibnu Katsir 3/ 100)
Diantara buah-buah iman adalah:
Pertama, taqwa itu sendiri, menjaga diri dari dosa, ancaman siksa, bahaya dan membuka pintu rizki karena Allah berfirman (Ath Thalaq : 2-3): “Barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan (yang dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah mengada-kan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.”
Yang kedua, iman membuahkan pula taubat dan istighfar; yang akan menebar rizki untuk kita sekalian.
مَنْ أَكْثَرَ الاِسْتغْفَارَ جَعَلَ اللهُ لَهُ
مِنْ كُلِّ غَمٍّ فَرَجًا وَمِنْ كُلِّ ضَيْقٍ مَخْرَجًا وَرَزَقَهُ مِنْ حَيْثُ
لاَ يَحْتَسِبُ
“Barang siapa yang memperbanyak istighfar (mohon ampun kepada Allah) niscaya Allah menjadikan untuk setiap kesedihan jalan keluar, untuk setiap kesempitannya kelapangan dan Allah akan memberikan rizki (yang halal) dari arah yang tidak disangka-sangka.”
(HR. Ahmad, Abu Daud, Ibnu Majah) Allah menegaskan pula dalam (Hud: 3)
“Dan
hendaklah kamu meminta ampun kepada Rabbmu dan bertaubat kepadaNya. (Jika kamu
mengerjakan yang demikian), niscaya Dia akan memberi kenikmatan yang baik
(terus-menerus) kepadamu sampai kepada waktu yang telah ditentukan dan Dia akan
memberi kepada tiap-tiap orang yang mempunyai keutamaan (balasan) keutamaannya.
Jika kamu berpaling, maka sesungguhnya aku takut kamu akan ditimpa siksa hari
kiamat.”
Itulah taubat yang menyesali dan menghentikan dosa dan maksiat kemudian menggantikannya dengan amal shalih dan keridhaan sesama.
Itulah taubat yang menyesali dan menghentikan dosa dan maksiat kemudian menggantikannya dengan amal shalih dan keridhaan sesama.
Ketiga: Iman membuahkan tawakkal, yaitu berusaha dengan disertai sikap menyandarkan diri hanya kepada Allah yang memberikan kesehatan, rizki, manfaat, bahaya, kekayaan, kemiskinan, hidup dan kematian serta segala yang ada, tawakkal ini akan membukakan rizki dari Allah, sebagaimana janjinya dalam (At-Thalaq: 3): “Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya.”
Rasulullah
Shalallaahu alaihi wasalam memberikan contoh tentang bertawakkal yang
sesungguhnya dengan bersabda:
لَوْ أَنَّكُمْ كُنْتُمْ تَوَكَلُوْنَ عَلَى اللهِ
حَقَّ تَوَكُلِّهِ لَرُزِقْتُمْ كَمَا تُرْزَقُ الطَّيْرُ تَغْدُو خِمَاصًا
وَتَرُحُ بِطَانًا
“Sungguh
seandainya kalian bertawakkal kepada Allah sebenar-benar tawakal niscaya kalian
akan diberikan rizki sebagai-mana rizki-rizki burung-burung, mereka berangkat
pergi dalam keadaan lapar, dan pulang sore hari dalam keadaan kenyang” (HR.
Timidzi No. 2344).
Keempat:
Iman dan taqwa membuahkan taqarrub yang berupa rajin mengabdi bahkan sepenuhnya
mengabdi beribadah kepada Allah lahir bathin khusu dan khudhu. Beribadah yang
sepenuhnya akan dapat membuka rizki Allah. Sebagaimana sabda Rasulullah
Shalallaahu alaihi wasalam :
يَقُوْلُ رَبُّكُمْ تَبَارَكَ وَتَعَالَى: يَا
ابْنَ آدَمَ، تَفَرَّغْ لِعِبَادَتِيْ أَمْلأُ قَلْبَكَ غِنًى وَأَمْلأُ يَدَيْكَ
رِزْقًا، يَا ابْنَ آدَمَ، لاَ تُبَاعِدْنِي فَأَمْلأُ قَلْبَكَ فَقْرًا وَأَمْلأُ
يَدَيْكَ شُغْلاً
“Rabb
kalian berkata; Wahai anak Adam! Beribadahlah kepadaKu sepenuhnya, niscaya aku
penuhi hatimu dengan kekayaan dan Aku penuhi kedua tanganmu dengan rizki. Wahai
anak Adam! Jangan jauhi Aku, sehingga aku penuhi hatimu dengan kefakiran dan
Aku penuhi kedua tanganmu dengan kesibukan”. (HR. Al-Hakim: Silsilah Al-Hadits
Ash-Shahihah No. 1359).
Kelima:
Iman dan taqwa membimbing hijrah fisabilillah. Perubahan sikap dari yang buruk
kepada sikap kebaikan, atau hijrah adalah perpindahan dari negeri kafir, menuju
negeri kaum Muslimin, menolong mereka untuk mencapai keridhaan Allah (Tafsir Al-Manar,
5: 39)
Hijrah
ini membukakan pintu rizki Allah dengan janjiNya dalam surat An-Nisa ayat 100: “Barangsiapa
berhijrah di jalan Allah, niscaya mereka mendapati di muka bumi ini tempat
hijrah yang luas dan rezki yang banyak. Barangsiapa keluar dari rumahnya dengan
maksud berhijrah kepada Allah dan Rasul-Nya, Kemudian kematian menimpanya
(sebelum sampai ke tempat yang dituju), maka sungguh telah tetap pahalanya
disisi Allah. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
Keenam:
Iman dan Taqwa membuahkan gemar berinfaq: Yaitu infaq yang dianjurkan agama,
seperti kepada fakir miskin, untuk agama Allah. Infak manjadikan pintu rizki
terbuka, Allah Subhanahu wa Ta’ala berjanji dalam: Saba: 39) “Katakanlah:
“Sesungguhnya Rabb-ku melapangkan rezki bagi siapa yang dikehendakiNya diantara
hamba-hambaNya dan menyempitkan (siapa yang dikehendakiNya)”. Dan barang apa
saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya dan Dia lah Pemberi
rezki yang sebaik-baiknya.” Meskipun sedikit, tetap diganti di dunia dan di akhirat
(Tafsir Ibnu Katsir 3/595) jaminan Allah pasti lebih disukai orang yang beriman
dari pada harta dunia yang pasti akan binasa (lihat At-Tafsir: Al-Kabir,
25:263) dan berinfak adalah sesuatu yang dicintai Allah (lihat tafsir Tahrir
wat Tanwir, 22:221). Para malaikat mendoakan,
اَللَّهُمَّ أَعْطِ مُنْفِقًا خَلَفًا.
“Ya
Allah, berikanlah kepada orang-orang berinfak ganti” (HR. Bukhari No. 1442).
Dari
Sabda Rasulullah,
هَلْ تُرْزَقُوْنَ إِلاَّ بِضُعَفَائِكُمْ
“Bukankah
kalian diberi rizki karena sebab orang-orang lemah diantara kalian?” Begitu
juga termasuk kelompok dhaif orang-orang yang mempelajari ilmu (lihat Tafsir
Al-Manar, 3:38).
Kemudian
Ketujuh: Iman dan Taqwa membuahkan pula gemar ber-silaturahmi yaitu berbuat
baik kepada segenap kerabat dari garis keturunan maupun perkawinan dengan lemah
lembut, kasih dan melindungi (Muqatul Mafatih, 8/645)
Silaturahim
ini menjadi pintu pembuka rizki adalah karena sabda Rasulullah Shalallaahu
alaihi wasalam:
مَنْ سَرَّهُ أَنْ يُبْسَطَ لَهُ فِي رِزْقِهِ،
وَاَنْ يُنْسَأَ لَهُ فِيْ أَثَرِهِ فَلْيِصِلْ رَحِمَهُ.
“Siapa
yang senang untuk dilapangkan rizkinya dan diakhirkan ajalnya (dipanjangkan
umurnya) maka hendaklah ia menyambung (tali) silaturahmi”. (HR. Bukhari No.
5985).
Silaturahim
ini menyangkut pula kerabat yang belum Islam atau yang bermaksiat, dengan usaha
menyadarkan mereka, buka mendukung kemungkaran atau kemaksiatannya. Namun bila
mereka semakin merajalela dengan cara silaturahim ini maka menjauhi adalah yang
terbaik, namun tetap kita mohonkan hidayah.
Kedelapan:
melaksanakan ibadah haji dengan umrah, atau umrah dengan hajji yang tulus hanya
mengharap ridha Allah Subhanahu wa Ta’ala, sebagaimana sabda Rasulullah
Shalallaahu alaihi wasalam:
تَابِعُوْا بَيْنَ الْحَجِّ وَالْعُمْرَةِ
فَإِنَّهُمَا يُنَفِّيَانِ الْفَقْرَ وَالذُّنُوْبَ كَمَا يُنَفِّي الْكِيْرُ
خَبَثَ الْحَدِيْدِ وَالذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَلَيْسَ لِلْحِجَّةِ
الْمَبْرُوْرَةِ ثَوَابٌ إِلاَّ الْجَنَّةُ
“Lanjutkanlah
haji dengan umrah, karena sesunguhnya keduanya menghilangkan kemiskinan dan
dosa, sebagaimana api dapat hilangkan kotoran besi, emas dan perak. Dan tidak
ada pahala haji yang mabrur itu melainkan Surga.” (Ahmad No. 3669, Timidzi No.
807, Nasa’I 5:115, Ibnu Khuzaimah No. 464, Ibnu Hibban No. 3693)
Artikel: Faidahislamiyyah.blogspot.com
Admin: Ali Akbar
Editor: Brilly El-Rasheed
ditunggu postingan yang lainnya
BalasHapus