Mengkhawatirkan Hari Esok dengan Memperbanyak Ibadah



Kita perlu sadar betul hari esok tergantung hari ini. Kita menginginkan hari esok begini dan begitu, maka tentunya kita akan mempersiapkannya hari ini. Kita tidak ingin hari esok begini dan begitu, maka pastinya kita akan menghindari hal-hal apa saja yang bisa memicu apa yang tidak kita inginkan terjadi hari esok.
Karakter paling kuat dalam mental orang-orang beriman adalah mengkhawatirkan hari esok. Hari esok terjauh adalah kehidupan akhirat, karena sehari di akhirat sama dengan lima ratus tahun hidup di dunia. Adapun hari esok yang terdekat adalah satu detik setelah detik sekarang. Ya, sekarang ini. Sejak Anda memulai sebuah detik, maka detik berikutnya termasuk hari esok. Bukan berlebih-lebihan, memang demikian, detik berikutnya bergantung detik yang kita alami.
Kita berbuat sesuatu pada detik ini, adalah sangat menentukan detik berikutnya, bahkan beberapa tahun selanjutnya. Satu detik dalam hidup kita terlalu mahal jika kita asumsikan tidak punya banyak pengaruh terhadap masa depan kita, di dunia dan di akhirat.
Allah Ta’ala berfirman,
رِجَالٌ لَا تُلْهِيهِمْ تِجَارَةٌ وَلَا بَيْعٌ عَنْ ذِكْرِ اللَّهِ وَإِقَامِ الصَّلَاةِ وَإِيتَاءِ الزَّكَاةِ يَخَافُونَ يَوْمًا تَتَقَلَّبُ فِيهِ الْقُلُوبُ وَالْأَبْصَارُ
Laki-laki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak (pula) oleh jual beli dari mengingati Allah, dan (dari) mendirikan sembahyang, dan (dari) membayarkan zakat. Mereka takut kepada suatu hari yang (di hari itu) hati dan penglihatan menjadi goncang.” (QS. An Nur: 37)
Dalam ayat disebutkan,
تَتَقَلَّبُ فِيهِ الْقُلُوبُ وَالْأَبْصَارُ
“Mereka takut kepada suatu hari yang (di hari itu) hati dan penglihatan menjadi goncang”. Yaitu hati mereka dalam keadaan khawatir apakah mereka akan selamat ataukah celaka. Dan penglihatan mereka pun kebingungan melihat kiri dan kanan. (Tafsir Jalalain)
Apa balasan Allah pada laki-laki yang punya sifat demikian?
لِيَجْزِيَهُمُ اللَّهُ أَحْسَنَ مَا عَمِلُوا وَيَزِيدَهُمْ مِنْ فَضْلِهِ وَاللَّهُ يَرْزُقُ مَنْ يَشَاءُ بِغَيْرِ حِسَابٍ
(Meraka mengerjakan yang demikian itu) supaya Allah memberikan balasan kepada mereka (dengan balasan) yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan, dan supaya Allah menambah karunia-Nya kepada mereka. Dan Allah memberi rizqi kepada siapa yang dikehendaki-Nya tanpa batas.” (QS. An Nur: 38). Jika disebut seseorang berinfaq tanpa batas, maksudnya karena saking banyaknya sehingga infaq yang diberikan tidak bisa dihitung (Lihat Tafsir Jalalain).

Admin: Ali Akbar

Related

FIQIH 1061910148373675514

Posting Komentar Default Comments

emo-but-icon

Assalamu'alaikum

Selamat datang di Faidah Islamiyyah. Semoga apa yang kami sajikan bermanfaat untuk Anda. Sampaikan saran dan komentar melalui 081515526665 atau 082140888638!
Please install the Flash Plugin

Hot in week

Comments

Citizen Journalist

Kirim tulisan inspiratif Anda melalui faidahislamiyyah@gmail.com. Sertakan identitas dan blog Anda.
item