Mengkhawatirkan Hari Esok dengan Memperbanyak Ibadah
https://faidahislamiyyah.blogspot.com/2014/09/mengkhawatirkan-hari-esok-dengan.html
Kita perlu sadar
betul hari esok tergantung hari ini. Kita menginginkan hari esok begini dan
begitu, maka tentunya kita akan mempersiapkannya hari ini. Kita tidak ingin
hari esok begini dan begitu, maka pastinya kita akan menghindari hal-hal apa
saja yang bisa memicu apa yang tidak kita inginkan terjadi hari esok.
Karakter paling
kuat dalam mental orang-orang beriman adalah mengkhawatirkan hari esok. Hari
esok terjauh adalah kehidupan akhirat, karena sehari di akhirat sama dengan
lima ratus tahun hidup di dunia. Adapun hari esok yang terdekat adalah satu
detik setelah detik sekarang. Ya, sekarang ini. Sejak Anda memulai sebuah
detik, maka detik berikutnya termasuk hari esok. Bukan berlebih-lebihan, memang
demikian, detik berikutnya bergantung detik yang kita alami.
Kita berbuat
sesuatu pada detik ini, adalah sangat menentukan detik berikutnya, bahkan
beberapa tahun selanjutnya. Satu detik dalam hidup kita terlalu mahal jika kita
asumsikan tidak punya banyak pengaruh terhadap masa depan kita, di dunia dan di
akhirat.
Allah Ta’ala
berfirman,
رِجَالٌ لَا
تُلْهِيهِمْ تِجَارَةٌ وَلَا بَيْعٌ عَنْ ذِكْرِ اللَّهِ وَإِقَامِ الصَّلَاةِ
وَإِيتَاءِ الزَّكَاةِ يَخَافُونَ يَوْمًا تَتَقَلَّبُ فِيهِ الْقُلُوبُ
وَالْأَبْصَارُ
“Laki-laki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak
(pula) oleh jual beli dari mengingati Allah, dan (dari) mendirikan sembahyang,
dan (dari) membayarkan zakat. Mereka takut kepada suatu hari yang (di hari itu)
hati dan penglihatan menjadi goncang.” (QS. An Nur: 37)
Dalam ayat disebutkan,
تَتَقَلَّبُ فِيهِ
الْقُلُوبُ وَالْأَبْصَارُ
“Mereka takut kepada suatu hari yang (di hari itu) hati dan
penglihatan menjadi goncang”. Yaitu hati mereka dalam keadaan khawatir apakah mereka
akan selamat ataukah celaka. Dan penglihatan mereka pun kebingungan melihat
kiri dan kanan. (Tafsir Jalalain)
Apa balasan Allah pada laki-laki yang punya sifat
demikian?
لِيَجْزِيَهُمُ
اللَّهُ أَحْسَنَ مَا عَمِلُوا وَيَزِيدَهُمْ مِنْ فَضْلِهِ وَاللَّهُ يَرْزُقُ
مَنْ يَشَاءُ بِغَيْرِ حِسَابٍ
“(Meraka mengerjakan yang demikian itu) supaya Allah
memberikan balasan kepada mereka (dengan balasan) yang lebih baik dari apa yang
telah mereka kerjakan, dan supaya Allah menambah karunia-Nya kepada mereka. Dan
Allah memberi rizqi kepada siapa yang dikehendaki-Nya tanpa batas.”
(QS. An Nur: 38). Jika disebut seseorang berinfaq tanpa batas, maksudnya karena
saking banyaknya sehingga infaq yang diberikan tidak bisa dihitung (Lihat
Tafsir Jalalain).
Admin:
Ali Akbar
test tessstt
BalasHapus